A.
Pengertian Taksonomi
Kata
taksonomi diambil dari bahasa Yunani, yaitu “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum
dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Semua hal yang
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir
dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
B. Taksonomi Bloom
Ranah
Kognitif
Ranah
ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang
menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak
dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai
tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang
berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive
Domain yang diterbitkan oleh McKey New York. Benyamin
Bloom pada tahun 1956), kita akan membahas mengenai tingkatan ke 4 ( C4),
yaitu analisis.
Pada jenjang ini, dapat dikatakan
bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi
Menjadi komponen-komponen yang lebih
jelas. Kemampuan ini dapat berupa
1. Analisis
elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi)
2. Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
3. Analisis pengorganisasian
prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik
diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi,
dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat. Kata
kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
1.
menganalisis,
2.
mengaudit,
3.
memecahkan,
4.
menegaskan,
5.
mendeteksi,
6.
mendiagnosis,
7.
menyeleksi,
8.
memerinci,
9.
menominasikan,
10. mendiagramkan,
11. mengkorelasikan,
12. merasionalkan,
13. menguji,
14. mencerahkan,
|
15. menjelajah,
16. membagankan,
17. menyimpulkan,
18. menemukan,
19. menelaah,
20. memaksimalkan,
21. memerintahkan,
22. mengedit,
23. mengaitkan,
24. memilih,
25. mengukur,
26. melatih,
27. mentransfer.
|
C. TAKSONOMI
ANDERSON
4. MENGANALISIS - Memecah mecah materi jadi
bagian penyusunnya dan menentukan hubungan- hubungan antara bagian itu dan hubugan
antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan .
|
||
4.1
Membedakan
|
Menyendirikan,
memilah, memfokuskan, memilih
|
Membedakan bagian materi pelajaran yang
relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting
( membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan
dalam soal matematika).
|
4.2
Mengorganisasi
|
Menemukan
koherensi. Memadukan membuat garis besar mendeskrepsikan peran.
Menstrukturkan
|
Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja
atau berfungsi dalam sebuah struktur
(misalnya, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti bukti yang mendukung dan menantang suatu
penjelasan historis).
|
4.3
mengantribusikan
|
4.
Menganalisis
Menganalisis melibatkan proses
memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana
hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.
Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan,
mengorganisasi, dan mengantribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang
diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan
potongan-potongan informasi yamg relevan atau penting (membedakan), menentukan
cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut
(mengorganisasikan), dan menetukan tujuan dibalik informasi itu
(mengatribusikan). Walaupun belajar menganalisis dapat dianggap sebagai tujuan
sendiri, sangat beralasan untuk secara edukatif memandang analisis sebagai
perluasan dari memahami atau sebagai pembuka untuk mengevaluasi atau mencipta.
Meningktkan
keterampilan siswa dalam menganalisis materi pelajaran merupakan tujuan dalam
banyak studi. Guru-guru sains, ilmu social, humaniora, dan kesenian kerap kali
menjadikan “belajar menganalisis” sebagai salah satu tujuan pokok mereka.
Mereka misalnya, mengembangkan kemampuan siswa untuk :
Ø
Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari
kehayalan);
Ø
Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukungnya;
Ø
Membedakan materi yang relevan dari yang tidak
relevean ;
Ø
Menghubungkan ide-ide;
Ø
Menangkap asumsi-asumsi yang tak dikatakan dalam
perkataan;
Ø
Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunanya atau
menetukan tema-tema puisi atau music;
Ø
Menemukan bukti pendukung tujuan-tujuan pengarang
Kategori-kategori
proses memahami, menganalisis, dan mengevaluasi saling terkait dan kerap kali
digunakan untuk melakukan tugas –tugas kognitif. Akan tetapi, pada saat yang
sama, kita perlu membedakan dan memisahkan kategori-kategori tersebut. Orang
yang memahami materi pelajaran belum tentu dapat menganalisisnya dengan baik.
Demikian pula, orang yang terampil menganalisisnya belum tentu biasa
mengevaluasinya.
3.1 Membedakan
Membedakan melibatkan proses memilah-milah
bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan
terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relavan dan tidak
relavan, yang penting dan tidak penting, dan kemuudian memerhatikan informasi
yang relevan atau penting. Membedakan berbeda dengan proses-proses kognitif
dalam kategori memahami, karena membedakan melibatkan proses mengorganisasi
secara struktular dan terutama, menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai
dengan struktur keseluruhannya. Secara lebih khusus, membedakan berbeda dengan
membandingkan dalam hal penggunaan konteks yang lebih luas untuk menentukan
mana informasi yang relavan atau penting dan mana yang tidak. Misalnya, dalam
membedakan apel dan jeruk dalam konteks buah-buahan, bijinya relavan, tetapi
warna dan bentuknya merupakan informasi yang relevan. Nama-nama lain untuk
membedakan adalah menyendirikan, memilah, memfokuskan, dan memilih.
Contoh tujuan pendidikan dan
asesmennya. Dalam pelajaran ilmu-ilmu social, contoh tujuannya adalah belajar
menentukan poin-poin pokok dalam laporan penelitian. Tugas asesmennya meminta
siswa menggarisbawahi poin-poin pokok dalam sebuah laporan penelitian arkeologi
Kota Mojokerto kuno (misalnya, kapan kota ini berdiri dan kapan berakhir,
penduduknya selama kota ini ada, wilayah geografisnya,bangunan-bangunan fisik
di kota ini, kondisi ekonomi dan budayanya, organisasi sosialnya, mengapa kota
ini di bangun dan mengapa kemudian hancur).
Pada pelajaran sains, tujuannya ialah
menentukan tahap-tahap pokok dalam sebuah tulisan tentang cara kerja sesuatu.
Tugas asesmennya meminta siswa membaca satu bab buku yang menggambarkan proses
terjadinya petir dan kemudian meminta mereka memerinci proses tersebut jadi
tahap-tahap pokok (termasuk uap air yang naik dan membentuk awan, pembentukan
udara yang bergerak ke atas dan kebawah di dalam awan, pemisahan muatan listrik
di dalam awan, gerakan “tangga berundak” turun dari awan ke tanah, dan terciptanya
sambarkan balik dari tanah ke awan).
Dalam pelajaran matematika, tujuannya
adalah membedakan antara angka-angka yang relevan dalam kalimat matematika.
Tugas asesmennya meminta siswa melingkari angka-angka yang relevan dan
menyilang angka-angka yang tidak relevan dalam kalimat matematika.
Format asesmennya. Kemampuan untuk
membedakan dapat diases dengan soal-soal jawaban singkat atau pilihan. Dalam
soal jawaban singkat, siswa diberi sebuah kalimat matematika dan diminta untuk
menunjukkan bagian-bagian mana yang paling penting atau relevan.
Misalnya,”Tulisan angka-angka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini:
Ada beberapa kotak pensil yang setiap kotaknya berisi 12 batang pensil dan
harga setiap kotak Rp 12.000. john mempunyai uang Rp 30.000 dan ingin membeli
24 pensil. Berapa kotak yang harus di beli?” Dalam soal pilihan, siswa diberi
sebuah kalimat matematika dan kemudian diminta untuk memilih bagian-bagian yang
paling penting atau relevan. Misalnya, “Ada beberapa kotak pensil yang setiap kotaknya
berisi 12 pensil dan harga setiap kotak Rp 12.000. John memiliki uang Rp 30.000
dan ingin membeli 24 pensil. Berapa kotak yang harusdia beli?” (a) 2, (b) 3,
(c) 4, (d) 5,”
3.2 Pengorganisasi
mengorganisasi
dimana melibatkan proses mengidentifikasi dari sebuah elemen-elemen komunikasi
atau bisa disebut dengan proses mengenal bagaiman elemen-elemen ini membentuk
suatu proses yang koheren. Dimana di
dalam mengerganisasi siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren diantara informasi, dimana proses mengorganisasi ini biasanyanya
bersamaan dengan proses membedakan. Pertama siswa mengidentifikasi
elemen yang relevan(penting) lalu menentukan struktur dari sebuah elem-elemen
tadi. Selain itu mengorganisasi juga bisa terjadi bersamaan dengan proses
mengatribusikan, yang mana berfokus pada penentuan tujuan dan sudut
pandang dari pengarang. Nama lain dari mengorganisasi
adalah menstrukturkan, memadukan,
menemukan koherensi, membuat garis besar dan mendiskripsikan pesan.
Dalam
mengorganisasi, saat siswa diberikan suatu deskripsi tentang situasi dan
masalah, siswa natinya dapat menentukan identifikasi hubungan-hubungan yang
sistematis dan koheren di antara elemen-elemen yang relevan. Contoh tujuan
dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial adalah
siswa belajar menstrukturkan suatu deskripsi sejarah untuk mendukung
atau menentang pendapat atau penjelasan tertentu. Dimana tugas asismenya
menuntut siswa menunjukkan fakta-fakta dalam sebuah tulisan yang mengenai
sejarah Indonesia baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung bahwa
kemerdekan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Contoh lain yaitu mengenai pembelajaran sains
dimana siswa belajar menganalisis laporan-laporan dari sebuah penelitian yang
berdasarkan empat poin yaitu, hipotesis, metode, data, dan kesimulan. Tugasnya
asismennya dimana siswa diminta membuat garis besar tentang laporan dari
penelitian yang diberikan oleh guru.
Format asismennya , mengorganisasi melibatkan proses menyusun
sebuah struktur (misalnya, garis besar, label, matriks, atau struktur
organisasi). Maka tugas dari asesmennya dapat berupa jawaban singkat atau soal
pilihan, dimana dalam soal jawaban singkat siswa dimintak menuliskan garis
besar subuah tulisan.
3.3
Mengantribusikan.
Mengantribusikan terjadi
ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan
dibalik komunikasi. Mengantribusikan melibatkan proses dekontruksi, yang didalamnya siswa menentukan tujuan pengarang
suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Berkebalikan dengan menafsirkan, yang
didalam nya siswa berusaha memahami makna tulisan tersebut, mengantribusikan
melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan atau sudut
pandang dibalik tulisan tersebut. Nama lain mengantribusikan adalah mendekontruksikan.
Contoh
tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam mengantribusikan,
ketika siswa diberikan informasi mereka dapat menentukan sudut pandang ataupun
tujuan pengarang. Misalnya, dalam pelajaran sastra, tujuannya adalah belajar
menentukan motif-motif dari perilaku-perilaku tokoh dalam sebuah cerita. Tugas
asesmennya meminta siswa membaca. Dalam pembelajaran ilmu sosial tujuannya
adalah belajar menentukan sudut pandang pengarang suatu esai mengenai topik
yang kontroversial. Tugas asesmennya meminta siswa menentukan apakah essai
tentang aktivitas belajar manusia ditulis oleh psikolog behavioris atau
kognitif.
Format
assesmenya. Dapat diberikan dengan mengakses materi
tuliisan atau lisan dan kemudian meminta siswa membuat atau memilih deskripsi
tentang sudut pandang, pendapat, dan tujuan dari penulis. Contoh soal, “apa
tujuan penulis dalam menulis esai tentang hutan diKalimantan yang telah anda
baca?” contoh pilihannya adalah: (a) memberi informasi faktual tentang hutan di
Kalimantan (b)pengingatkan pembaca tentang pentingnya melindungi hutan
diKalimantan (c)menunjukkan keuntungan ekonomi dari pelestarian hutan
diKalimantan, (d) mendeskripsikan manfaat-manfaat pelestarian hutan
dikalimantan bagi manusia. Atau dapat diminta untuk menunukkan apakah esai
tersebut (a) setuju (b)sanagt setuju (c)ragu-ragu (d)tidak setuju. Dengan
beberapa pertanyaan semisal:”Hutan diKalimantan merupakan suatu sistem ekologis
yang khas”.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson,W. Lorin dan Krathwohl R. David. 2010.
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Anderson dan Krathwohl. 2002. Revisi Taksonomi Bloom.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi.
2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Prihantoro, Agung. 2010.
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka
Pengajar.
http://burhanudinhadiotomotif.blogspot.co.id/
Comments
Post a Comment