PENDAHULUAN
Pada
dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Setiap orang pasti
mempuyai keinginan suatu
kehidupan yang berkecukupan, bahkan
kalau mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu adalah normal. Semua orang
pasti menginginkan status dan kedudukan yang lebih tinggi dari yang pernah di
capai oleh orang tua mereka. Seperti halnya ketika kita bertanya pada anak-anak
tentang apa yang mereka cita-citakan mereka pasti akan mengatakan apa yang
mereka cita-citakan dan pastinya cita-cita tersebut berada di atas status atau
kedudukan orang tua dari anak tersebut, dimana kedudukan atau status yang di
inginkan adalah yang berkonotasi yang baik.
Di dalam masyarakat apa yang di cita-citakan, keinginan
ataupun impian dari seseorang untuk masa depan meraka tidak selalu belhasil
atau gagal, namun ada juga yang berhasil. Dalam peruses perjalan hidup
seseorang tidaklah selalu mulus akan ada banyak hambatan dalam mencapai
keberhasilan tetapi seseorang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha dan
doa maka akan mendapatkan kemudahan
dalam mencapai keberhasila. Dapat kita lihat sama halnya dengan
mobilitas sosial yang didalam tedapat dampak dan keuntunggannya, adanya
konsekuensi yang harus di tanggung dan manfaat yang bisa di ambil, dalam segala
hal pasti aka nada tahapan-tahpan yang harus di tempuh.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena
keinginan untuk pencapaian status sosial yang lebih tinggi maupun pencapaian
penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat
untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hiudp. Namun
pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial
turun tanpa direncanakan yang dapat menurunkan status dan penghasilan seseorang.
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang
Mobilitas Sosial.
MOBILITAS
SOSIAL
Pengertian Mobilitas Sosial.
Mobilitas
sosial atau gerakan masyarakat, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu dari
kata movere yang artinya memindahkan atau berpindah, sedangkan dalam bahasa
inggris mobilitas berasal dari kata mobility yang artinya gerakan. Sosial
sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita hubungkan atau kita
kaitkan dengan manusia dan masyarakat sehingga sosial dapat di artikan
masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu
gerakan atau pola-pola yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Pengertian Mobilitas Sosial Menurut
Beberapa Ahli.
Beberapa ahli berpendapat tentang mobilitas
sosial. Menurut Kimbal Yoeng, ia mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Kemudian
menurut Henry Clay Smith, mobilitas sosial (gerakan sosial) ialah gerakan dalam
suatu setruktur sosial (hubungan antar individu dengan kelompoknya). Dapat
dilihat jaga pengertian mobilitas sosial menurut Haditono, Haditono mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan mobilitas sosial ialah perpindahan seorang atau
kelompok orang dari kedudukannya yang satu ke kedudukan yang lain. Dimana
kedudukan yang dimaksud kedudukan yang dapat berarti situasi tempat, serta
dapat juga berarti status.
Adanya pendapat dari Paul B. Horton dan
Charter L. Hunt mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah gerak perpindahan dari
suatu kelas sosial kekelas sosial lainnya. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
mobilitas sosial dapat di artikan suatu gerakan atau perpindahan individu dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lainnya
dalam masyarakat. Dimana kedudukan yang baru dapat menjadi kedudukan yang lebih
tinggi atau lebih rendah.
Sifat Dasar Mobilitas Sosial
Di dalam struktur sosial mobilitas sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antar individu dalam keompok dan hubungan antara
individu dengan kelompok. Apabila seorang dokter rumah sakit kemudian pindah
dan beralih pekerjaan menjadi pemilik apotek, itu berarti seseorang tersebut
telah melakukan gerakan sosial. Sifat mobilitas sosial ada dua yaitu masyarakat
yang berkelas sosial terbuka dan masyarakat yang berkelas sosial tertutup.
Masyarkat yang berkelas sosial terbuka yaitu masyarakat yang telah memiliki
mobilitas yang tinggi, dimana di dalam dunia modern seperti saat ini banyak
negara-negara yang berupaya meningkatkan mobilitas sosial di dalam
masyarakatnya karena di negara-negara tersebut meyakini akan membuwat orang
menjadi lebih bahagia ketika mereka mendapatkn pekerjaan yang cocok bagi
mereka.
Pada masyarakat yang
berkelas sosial terbuka kedudukan yang ingin di capai oleh seseorang tergantung
pada usaha orang itu sendiri. Di dalam kehidupan masyarakat seorang anak bupati
memiliki peluang yang lebih besar di bandingkan dengan anak seorang petani akan
tetapi kebudayaan serta masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak si
penjual tomat untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang
dia dapat sebelumnya.
Masyarakat
yang berkelas sosial tertutup yaitu masyarakat yang memiliki mobilitas rendah.
Masyarakat yang memiliki mobilitas rendah biasanya masyarakat yang bersistem
kasta, di mana di dalam masyarakat tersebut status dan kedudukan orang
ditentukan oleh warisan nenek moyangnya.
Pada masyarakat
berkasta hampir tak ada gerakan sosial karna kedudukan sosial telah di tentukan
sejak lahir. Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola hidupnya, karena seluruh
sosial masyarakat tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan. Bila
mobilitas sosial tinggi maka setiap orang di dalam masyarakat meskipun mempuyai
latar belakang sosial berbeda, tetapi setiap orang memiliki hak yang sama untuk
mencapai kedudukan yang lebih tinggi, sedangkan bila mobilitas sosial rendah
maka setiap orang yang ada dalam masyarakat tersebut akan terpaku pada status
dari nenek moyang ataupun orang tua mereka itu sendiri.
Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial.
Di
dalam kehidupan bermasyarakat kita biasanya berfikir bahwa mobilitas sosial itu
adalah tentang perpindahan dari suatu tingkatan yang rendah ke suatu tingkatan
yang lebih tinggi, dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa mobilitas sosial
dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang berhasil mencapai setatus yang
lebih tinggi dari status sebelumnya, dan beberapa orang mengalami kegagalan
dalam mencapai status yang lebih tinggi serta selebihnya tetap tinggal pada
status yang dimiki oleh orang tuanya. Di lihat dari segi arahnya P.A. Sorokin
mengatakan bahwa ada dua macam yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas
vertikal.
Mobilitas
sosial horizontal (sejajar/mendatar) adalah perpindahan seseorang dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, di mana kedudukan seseorang bisa
naik menjadi tinggi ataupun bisa turun rendah namun masih dalam lapisan sosial
yang sama. Contohnya seseorang yang berpindah kewarganegaraan dari negara india
ke negara indonesia, perpindahan pekerjaan yang sederajat atau bisa juga dari
objek-objek sosial seperti radio, hanpone dan model pakaian. Maka dengan adanya
mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan derajat kedudukan seseorang
ataupun suatu objek sosial.Mobilitas sosial horizontal dibedakan dalam dua bentuk
yaitu :
Mobilitas sosial antar wilayah/geografis. Mobilitas
sosial antar wilayah atau geografis adalah perpindahan individu atau kelompok
dari satu daerah ke daerah lain, seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Mobilitas antargenerasi. Secara umum, mobilitas
antargenerasi berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi
ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Dalam hal tersebut mobilitas
ini ditandai dengan perkembangan dalam tahap kehidup, baik naik atau turun
dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri,
melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak budi adalah seorang tukang ojek. Ia hanya menamatkan pendidikannya
hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil menyekolahkan atau mendidik anaknya
menjadi seorang dokter, seorang petani yang tidak lulus sekolah dasar tetapi ia
berhasil menyekolahkan atau mendidik anaknya menjadi seorang perawat.
Mobilitas anatargenerasi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak
harjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja
dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang
akhirnya semakin besar.
b. Mobilitas intergenerasi adalah perpindahan status
atau kedudukan yang terjadi di antara beberapa generasi. Mobilitas ini
dibedakan menjadi dua: mobilitas intergenerasi naik (contoh: bapaknya seorang
kepala sekolah, anaknya seorang direktur) dan mobilitas intergenerasi turun
(contoh: kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat, dan anaknya sebagai
kepala desa).
Gerak sosial vertikal dapat
kita artikan arah gerak keatas atau arah gerak kebawah dalam hal ini berati
individu yang kedudukannya rendah dapat beralih ke kedudukan yang lebih tinggi
begitu jaga sebaliknya karena pembentukan sosial baru individu yang berderajat
tinggi dapat beralih kedudukan ke derajat yang lebih rendah. Gerak sosial
vartikel adalah perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Pitirim A Sosokin ia
mengatakan bahwa ada 4 perinsip gerakan vartikal yaitu:
hampir tidak ada masyarakat yang sistem pelapisan
sosialnya mutlak tertutup seperti kasta di india, di mana di india masih sistem
kastanya masih sangat kuat dan sudah menjadi kebudayan tersendiri di negara
india.
Seberapa terbukanya suatu sistem pelapisan sosial
masyarakat pasti akan ada hambatan-hambatannya yang menjadi masalah dalam
masyarakat.
Gerakan sosial vartikal berlaku umum bagi semua
masyarakat.
Gerakan sosial vartikal masyarakat di sebabkan oleh
paktor-paktor ekonomi, politik serta pekerjaan yang berbeda.
Gerak sosial vertikal meliputi, social
climbing, dari status yang rendah ke status yang tinggi, di mana status yang
tinggi itu telah ada sebelumnya dan membentuk kelompok atas status yang baru,
karena status yang lebih atas belum ada (promosi), misalnya kelompok
konglomerat seterusnya; social sinking dari kelompok yang tinggi/atas turun ke
rendah, dan derajat kelompoknya turun.
Gerak sosial vertikal yang naik
mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan
rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah
ada. Misalnya, seorang yang bekerja di kantor A dan diangkat menjadi pejabat di
kantor A.
Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian
ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu
pembentuk kelompok tersebut. Misalnya, dengan dibentuknya sebuah organisasi,
memberi kesempatan kepada seseorang untuk menjadi ketua umum, bertanda yang
bersangkutan naik status.
Gerak sosial vertikal yang
turun mempunyai dua bentu utama, yaitu:
Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih
rendah derajatnya. Misalnya, seorang pejabat dipecat karena korupsi.
Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa
disintegrasi kelompok sabagai kesatuan.
Konsekuensi Mobilitas Sosial
Terjadinya mobilitas sosial di
dalam masyarakat menimbulkan berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif.
Beberapa studi mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan
banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan
keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social
distance). Namun hal tersebut, penyebab dan akibatnya tidak dapat
diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan
penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun
masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem
terbuka, masih dapat diperdebatkan.
Apabila individu atau kelompok
individu yang mengalami mobilitas sosial mampu menyesuaikan dirinya dengan
situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hal posiitif sebagai konsekuensi
mobilitas sosial diantaranya, yaitu: Mengalami kepuasaan, kebahagiaan dan
kebanggaan, Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau
kelompok individu untuk lebih maju, Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan
mendorong orang-orang untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemjuan
sehingga dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok
individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi baru, maka akan
terjadi konsekuensi-konsekuensi dianratanya yaitu:
Konflik antar-kelas terjadi karena benturan
kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik antara
majikan dengan
buruh yang menghendaki kenaikan upah.
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa
melibatkan ras, agama atau aliran/golongan. Konflik seperti ini dapat terjadi
karena perebutan peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh sumber-sumber
ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh kekuasasan politik atau
pengakuan masyarakat.
Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena
masuknya individu ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang
lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima
kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
Konflik antar-generasi terjadi dalam hubungannya
mobilitas antar-generasi. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika
anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi
sosial orang tuanya. Masing-masing generasi –orang tua maupun anak— saling
menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam generasinya sendiri.
Generasi anak memandang orang tuanya sebagai generasi yang tertinggal, kolot,
kuno, lambat mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara itu generasi tua
mengganggap bahwa cara berfikir, berperasaan dan bertindak generasinya lebih
baik dan lebih mulia dari pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi
anak-anaknya.
Konflik status dan konflik peran Seseorang yang
mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau turun ke
kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan
kedudukannya yang baru. Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru
akan menimbulkan konflik status dan konflik peran. Konflik status adalah
pertentangan antar-status yang disandang oleh seseorang karena
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status
yang disandang oleh seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak
dapat melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal
ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai
dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk
konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari kedudukannya
yang tinggi.
Saluran Mobilitas Sosial
Menurut P.A.Sorokin dalam Ary
H. Gunawan (2000) mengatakan ada sejumlah saluran mobilitas sosial:
Angkatan Bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan
organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas
melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang
berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, dia akan
mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan
pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat
rendah.
Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan dapat
meningkatkan status sosial seseorang, misalnya seorang yang berjasa dalam
perkembangan agama seperti ustadz, pendeta, dan biksu. Status sosial para
penyebar ajaran agama ini akan meningkatkan status sosialnya di masyarakat,
terutama bagi komunitas pengikut agama tertentu.
Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan umumnya
merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap
sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke
kedudukan lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk mendapatkan kedudukan lebih tinggi. Seorang anak dari keluarga miskin
mengenyam sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus dia memiliki
pengetahuan bisnis dan menggunakan pengetahuannya untuk berusaha, sehingga dia
berhasil menjadi pengusaha sukses, yang telah meningkatkan status sosialnya.
Organisasi Politik
Seperti angkatan bersenjata,
organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi
untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
Ekonomi
Organisasi ekonomi, seperti
perusahaan, koperasi, BUMN, dapat meningkatkan tingkat pendapatan seorang.
Semakin besar prestasinya, semakin besar jabatannya. Jika jabatannya tinggi
maka pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah berakibat pada
kekayaannya bertambah. Juga karena kekayaannya bertambah akibatnya status
sosial di masyarakat meningkat.
Keahlian
Seperti situs-situs karya ilmiah,
orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada
kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi dari pengguna biasa.
Sejumlah pemikiran atau ide-ide penting akan bermanfaat bagi para pembaca dan
mungkin akan berguna dalam menambah ilmu pengetahuan terkait, atau bahkan ide
tersebut dapat menjadi bahan dn insprasi solusi terhadap suatu permasalahan
kehidupan yang sedang dihadapinya.
Perkawinan
Melalui perkawinan, seorang
bisa berubah kedudukan atau status sosialnya. Misalnya, seorang pria miskin
yang menikah dengan seorang janda kaya dengan sendirinya status sosial pria itu
berubah menjadi orang kaya yang dikarenakan istrinya kaya.
Faktor Fendorong
dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor penentu mobilitas
sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktural, yaitu
faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi
dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur
pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu
sendiri. Kedua faktor individu, dalam hal ini
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan
tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun
yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi
dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua
sektor tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana sektor
fomal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang
tinggi sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki kedudukan yang rendah
dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan
aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang
terlibat di dalamnya. .
Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu
masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial, bentuk-bentuk organisasi dan
teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan
menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa
jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan gaya dan
wajah masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam
kaitan satu dengan yang lainnya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya
sosial, atau iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
Penunjang dan Pengambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal dari kelas
sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih menunjang
mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah. Para sarjana
teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi, “jaringan hubungan
antar teman (merupakan jaringan hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu
jenis profesi atau dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan
rekomendasi menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang
luar” untuk dapat menerobosnya), dan deskriminasi terang-terangan terhadap
kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta orang-orang dari kelas
sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik.
Di lain pihak, fakor penghambat
tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok
orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula
faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya
undang-undang anti deskriminasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik
yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang penting
untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang dari status sosial rendah.
Faktor Individu
Perbedaan Kemampuan individu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas
sosial.
Perbedaan Perilaku yang
dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau
orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu
terhadap mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu pendidikan,
kesenjangan nilai, kebiasaan kerja, pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara
bermain”, dan pola kesenjangan nilai.
Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga
mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting tidaknya pendidikan pada semua
jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti dokter,
guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi
latar belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir
sebagai olahragawan, seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran
pendidikan disini lebih menekankan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan
seseorang untuk menyalurkan dan memanfatkan informasi sebagaimana yang diperlukan.
Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan dan masa depan
seseorang. Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya mobilitas naik,
namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami mobilitas naik tanpa adanya
kerja keras.
Pola Penundaan Kesenangan
Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian-bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini
merupakan suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan. Sebagai
contoh: para siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci daripada pola
penundaan kesenangan adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya
keinginan yang kuat untuk merealisasikan rencana tersebut.
Kemampuan “Cara Bermain”
“Cara bermain” dan atau seni
“penampilan diri” mempunyai peran penting dalam mobilitas naik. Bagaimana
menjadi orang yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh lingkungannya; bagaimana
menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua mungkin
merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara
positif bukanlah berarti meremehkan kemampuan,
namun justru melalui penampilan diri merupakan sarana/media yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjukkan kemampuan.
Pola Kesenjangan Nilai
Pola kesenjangan nilai
merupakan suatu perilaku dimana seseorang mempercayai segenap nilai yang
diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau mengakui
kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai sasaran. Orang
semacam ini mereka yang tidak
menyadari bahwa pola perilakunya tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh:
hampir semua orang tua menginginkan anak-anaknya mempunyai prestasi yang baik
di sekolah, tetapi mereka mengabaikan nasihat-nasihat guru dan tidak menekankan
agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
Faktor Keberuntungan/Kemujuran
Banyak orang yang benar-benar
bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi orang yang berhasil,
namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan kadangkala justru
jatuh pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor keberuntungan/kemujuran ini
jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan alasan umum bagi suatu
kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu
faktor dapat mobilitas.
Dari hal-hal yang
di jelaskan di bagian atas, lebih banyak berkisar tentang determinan (faktor
penentu mobilitas naik). Pada dasarnya semua faktor penentu mobilitas naik
adalah juga sebagai faktor penentu mobilitas menurun.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial.Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut : Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin,
mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.Diskriminasi Kelas Sistem kelas
terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab
keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk
dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut
Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih
menjadi presiden Afrika Selatan.Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat
memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas.
Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan
sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai
keinginannya. Perbedaan jenis kelamin (Gender)
Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi
lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi,
kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang
Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat
dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai
dan adat yang berlaku. Perbedaan
Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur
organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk
memperebutkan sesuatu.
Dampak dari adanya Mobilitas Sosial
Adapun dampak yang ditimbulkan dari
mobilitas sosial adalah: Dampak Positif,Bisa memberikan motivasi bagi
masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status
yang lebih tinggi. Dampak Negati Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan
memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat
banyak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini,
seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain
sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok
atau antar kelompok.
KESIMPULAM
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang, kelompok orang atau objek
sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu kekedudukan sosial
yang lain. Mobilitas sosial dibagi menjadi 2 bentuk yaitu horizontal dan
vartikla, Horizontal yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya
berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Vertikal yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki
tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial
tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah. Masyarakat
mobilitas sosial akan ada konsekuensi mobilitas sosial jika individu atau
kelompok mampu menyesuaikan diri dengan baik maka akan memperoleh hal-hal
positif namun jika sebaliknya tidak bisa menyesuaikan diri maka akan memperoleh
hal-hal yang negatif seperti konflik dan sebanaginya.
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor
struktur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi
yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini
meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan faktor penunjang dan
penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua, faktor individu, dalam hal ini
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
Dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial Dampak Positif Bisa
memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar
dapat memperoleh status yang lebih tinggi. Dampak Negati Setiap perubahan
(mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa
konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari
terjadinya mobilitas ini.
Mobilitas sosial pasti akan terjadi
pada seluruh masyarakat, namun seberapa cepat perubahan tersebut itulah yang membedakan
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya tergantung dari seberapa kuat
faktor pendorong dan penghambatnya
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Ari H. Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan.Cet. Ke-2 .
Jakarta:
PT Renika Cipta
Drs. Ng, philipus, M.si. ; Dr Nurul Aini, M.S. 2011. Sosiologi dan Politik.
Cet.Ke-4. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Paul
B. Horton ; Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi.
Edisi Ke-6. Jilid 2.
Jakarta:Erlangga.
Soekarto,
Suryono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar.
Ed. Baru-40. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sulistyowati, Budi. 2006. Sosiologi
Suatu Pengantar. Cet. ke-45 (Edisi Revisi).
Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45467-Makalah-
Mobilitas%20Sosial.html
http://astutioti.blogspot.co.id/2014/12/makalah-mobilitas-sosial.html?m=1
Nice makalah
ReplyDeleteHaduh...bang panjnag banget ceritanya, kalau bisa dikasih intinya saja, kalau tidak dikasih subjudul
ReplyDeleteOk gan thanks sarannya
Deletenice mas (y)
ReplyDeleteKesimpulannya.. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang, kelompok orang atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu kekedudukan sosial yang lain. Mobilitas sosial dibagi menjadi 2 bentuk yaitu horizontal dan vartikla, Horizontal yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Vertikal yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
ReplyDelete